Misteri Patung Menangis di Kerajaan Bintang Perak

 


Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Bintang Perak. Raja dan Ratunya amat memperhatikan kesejahteraan warganya. Namun, kerajaan sedang tidak aman. Di beberapa desa anak-anak dikabarkan hilang. Raja dan Ratu memerintahkan para hulubalang mencari anak-anak itu, tetapi nihil. 

Suasana menjadi mencekam. Anak-anak dilarang keluar rumah. Keadaan yang berbeda di desa Daun Hijau, tempat Kayame tinggal. Di desa itu anak-anak bebas bermain atau menuntut ilmu. Desa Daun Hijau berada dekat dengan Istana. Beberapa warga desa ada yang menjadi hulubalang. Sehingga semua orang merasa aman.

Di desa, itu hidup jualah seorang pematung yang terkenal. Paman Pigai namanya. Para penduduk dari berbagai penjuru kerajaan datang ke rumah Paman Pigai. Mereka memesan patung yang indah-indah. Kebanyakan, mereka memesan patung untuk mengenang anak mereka yang hilang. Tidak ada yang menyamai patung buatan Paman Pigai. Pahatannya amat sempurna. Raut wajahnya, ukuran tubuhnya, benar-benar menyerupai manusia asli. Menurut kabar yang beredar, patung-patung itu terkadang menangis. Sehingga beberapa pemesan merasa terganggu. 

Mereka bertanya:" Mengapa patung anakku menangis? Itu membuatku sedih. Bisakah kau membuat patung ini tersenyum? Atau setidaknya berhenti mengangis?" 

"Sayangnya tidak bisa.  Aku sangat menyukai anak-anak. Saat anak-anak itu menhilang, aku merasa sangat sedih. Kurasa itulah yang memberi "jiwa" pada patung-patung buatanku. Sayang sekali aku tak bisa membuatnya tersenyum. Aku tak pernah tersenyum saat membuat patung-patung ini. Aku sangat sedih" jawab Paman Pigai.

Para pemesan itu mengagguk-anggukkan kepala dan terpaksa membawa patung pesanan mereka. Itu adalah pelipur lara bagi mereka yang kehilangan. Begitulah, akhirnya semua orang maklum dan terbiasa. Mereka berhenti mempertanyakan keanehan patung-patung itu.

Lalu, siapakah Kayame? Kayame adalah seorang anak perempuan yang sangat cantik. Kulitnya hitam, matanya berwarna coklat indah, bagai bersinar saat ia berbicara. Rambutnya panjang, hitam, dan keriting. Saat ia tersenyum gigi geliginya tampak putih bersih.

Kayame anak yang sangat berbakat. Ia sangat suka menyanyi dan menari. Suaranya sangat merdu. Kayame juga pandai mendongeng untuk boneka-boneka dan hewan-hewan kesayangannya.

Sayangnya, Kayame amat pemalu. Ia ditawari untuk menyanyi dan menari di istana. Walaupun ia ia tidak suka, ia terpaksa masuk ke sanggar istana. Semua atas desakan ibunya. Di sanggar, ia mengasah bakatnya menyanyi dan menari. Bagaimanapun, ia tidak senang melakukannya. Sehingga ia sering kabur atau bersembunyi.

Terkadang ia malah menangis tersedu-sedu dan tidak mau berlatih. Ia merasa tidak nyaman berada di sana. Ia tidak mau berteman dengan siapa pun. Tidak mau bermain bersama. Sekalipun kepada Yoteni yang manis dan Dimara yang tangkas dan baik hati. Karena itulah, teman-temannya menganggap Kayame sebagai anak yang aneh.

Suatu hari, Kayame tak sengaja mendengar beberapa orang temannya berbisik-bisik. Mereka berbicara hal buruk tentang Kayame dan ayahnya yang jarang pulang.  Kayame merasa marah dan memukul anak tersebut. Sanggar Istana menjadi gaduh. Kepala Sanggar Istana pun memanggil Ibu Kayame. Kepala Sanggar Istana memberikan nasehat-nasehat pada Kayame . Akan tetapi, Kayame hanya memandang sedih ke luar jendela.

Hal ini membuat Kepala Sanggar Istana dan juga ibunya menjadi bingung. Mereka kehabisan akal untuk membuat Kayame menjadi anak yang baik dan ceria lagi. Terutama Sang Ibu, yang menjadi sedih memikirkan masa depan Kayame kelak.

“ Kayame, bukankah menari di istana sangat menyenangkan? Kau bahkan mendapatkan pakaian yang indah-indah. Tidakkah itu menyenangkan hatimu?” Ibu Kayame bertanya sambil menyisir rambutnya.

“ Tidak Ibu. Aku tidak senang. Anak-anak itu… Aku tidak suka cara mereka menatapku. Mereka membuatku malu. Lagi pula mereka semua selalu saja memamerkan ayah mereka yang hebat. Mereka berjalan-jalan bersama ayah mereka. Sedangkan aku, seperti anak yang tidak memiliki ayah.” Kayame menjawab muram. Matanya mulai berkaca-kaca.

“ Kayame, ayahmu juga seorang yang hebat. Ia bekerja tak kenal lelah untuk membiayai hidup kita. Ayahmu adalah prajurit istana yang luar biasa. Ayahmu adalah pahlawan, Sayang.. “ ujar ibu lembut.

“Tetapi Ayah tidak sayang Kayame!!” Teriak Kayame kesal. Ia berlari ke kamarnya dan membanting pintu.

Keesokan harinya, Kayame tidak mau lagi datang ke sanggar istana. Kayame lebih suka bermain di padang rumput, di tepi sungai atau di mana pun yang ia mau. Kayame selalu menyendiri. Ia memilih bermain dengan para binatang. Seringkali ia melamun atau menangis. Kayame selalu teringat ayahnya.

Pak Rue, ayah Kayame, bekerja sebagai pegawai kerajaan. Pekerjaannya sangat banyak sehingga ia menjadi sangat sibuk. Setibanya di rumah, biasanya ayah langsung tidur karena kelelahan. Terkadang ia membawa pulang setumpuk kertas untuk dikerjakan di rumah. Tentu saja setelah itu ia langsung tertidur. Dini hari, saat kayame masih terlelap, ayah Kayame sudah berangkat bekerja. Bahkan terkadang ayah Kayame terpaksa tidak pulang ke rumah. Tak ada waktu untuk bermain dan bercengkrama dengan Kayame.

Kayame merasa sangat sedih. Ia ingin seperti anak lainnya. Ia ingin ayahnya pulang lebih cepat. Bersantai dengannya, sehingga ia bisa menunjukkan gerakan tarian barunya, lagu baru yang ia bisa atau memamerkan kerajinan tangan yang ia buat bersama ibunya. Kayame ingin bermain dan berbicara dengan ayahnya.

Setiap kali ia dengar ringkik kuda ayahnya yang baru pulang bekerja, ia terlonjak gembira.

“Ayaahh..!” teriaknya dengan gembira.   

Tetapi ia menjadi kecewa ketika ia melihat wajah ayahnya yang tampak muram dan lelah. Ayah Kayame hanya mengusap kepalanya dan langsung masuk ke ruang kerjanya. Begitu terus setiap hari. Tak ada waktu untuk makan bersama. Apa lagi bermain bersama. Bahkan pada hari Minggu.

Lama-kelamaan, Kayame tidak peduli lagi. Kayame tak lagi berteriak gembira tiap ayahnya pulang. Saat ayahnya menyapanya pun ia hanya bergeming. Bagi Kayame, ayahnya terasa seperti orang asing. Kayame marah pada ayahnya. Wajahnya menjadi murung setiap hari. Ayah Kayame heran dengan sikap Kayame itu, namun karena kesibukannya, ia tidak sempat bertanya pada Kayame.

Suatu hari, ada kehebohan di Desa Daun Hijau.  Anak-anak diculik! Banyak anak yang dilaporkan menghilang. Raja memerintahkan para prajurit dan hulubalang mencari anak-anak yang hilang serta menangkap pelakunya. Ayah Kayame pun harus kembali bertugas selama berbulan-bulan. Selama itu pula tidak ada kabar dari ayah Kayame. 

Ayah Kayame hanya mengirimkan hadiah-hadiah kecil untuk Kayame. Buku-buku, mainan, kudapan manis,hiasan rambut dan lain-lain yang ditemuinya di tempatnya berada. Untuk Kayame. Hanya itu yang tertulis di bungkusan hadiah itu. Kayame kesal, dia ingin kata-kata yang manis atau cerita dari ayahnya. Kayame tidak peduli pada hadiah-hadiah itu. Kayame semakin yakin bahwa ayahnya tidak sayang padanya. Jadi, ia berusaha untuk tidak memikirkannya.

Suatu pagi, sebuah paket datang. Seperti biasa, paket dari ayah. Dengan malas-malasan Kayame membuka isinya. Seketika Kayame terkesiap.Sebuah kalung dengan liontin permata biru yang indah. Ketika dibuka bagian belakangnya, terdapat gambar Ayah, Ibu dan Kayame saat masih kecil. Dengan hati-hati ia memakai kalung itu di lehernya. Kayame mengusap airmatanya yang tiba-tiba saja menetes.

Kayame bermain-main di padang rumput di tepi sungai. Ada seekor rusa yang berlari kencang, lalu tiba-tiba tersungkur. Sepertinya rusa itu terluka. Kayame segera menghampirinya. Benar saja, kaki rusa itu patah sehingga tidak bisa bangun. Kayame sangat ingin menolongnya tetapi ia tidak tahu caranya. Ia tidak membawa obat-obatan. Ia tidak tahu caranya menggunakan dedaunan sebagai obat seperti ibunya.

Ketika Kayame sedang kebingungan, tiba-tiba terdengar suara langkah mendekat. Itu Paman Pigai! Kayame segera memanggilnya: ” Paman Pigaii! Kemari!” Serunya.

Paman Pigai pun menoleh dan segera mendatanginya. Segera ia mengerti kesulitan yang sedang Kayame hadapi. Paman Pigai pun bersedia menolong rusa itu. Menurut Paman Pigai, rusa itu harus dirawat di rumah. Nanti jika kakinya sudah pulih baru dilepas lagi ke hutan. Paman Pigai menggendong rusa itu pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari tempat itu. Kayame mengikuti dari belakang.

Di rumahnya yang indah, Paman Pigai mengobati rusa itu. Membersihkan lukanya, membubuhi obat dan membebat kakinya yang patah. Kayame kagum sekali dengan kehebatan Paman Pigai. Ia juga terkagum-kagum dengan keadaan rumah Paman Pigai yang indah. Ada banyak patung yang indah dan juga air mancur. Sepertinya Paman Pigai amat menyukai anak-anak. Ada banyak patung anak-anak di rumahnya. Rumah Paman Pigai terlihat seperti istana. Paman Pigai juga memelihara banyak binatang. Kayame merasa betah berlama-lama di rumah Pamai Pigai.

Selama ini Kayame tidak pernah masuk ke pintu gerbang rumah Paman Pigai. Kayame hanya mendengar kehebatannya lewat cerita anak-anak lain dan penduduk desa.

Sejak saat itu, Kayame sering bermain di rumah Paman Pigai. Paman Pigai ramah terhadap anak-anak. Ia selalu mengajak anak-anak bermain. Selain itu suka memberi mereka mainan dan kue-kue yang lezat. Kayame semakin mengagumi Paman Pigai dan menganggapnya sebagai pengganti ayahnya.

Di antara semua anak, hanya Dimara dan Yoteni yang tidak mau dekat-dekat dengan rumah Paman Pigai. Berkali-kali mereka seperti akan mengatakan sesuatu kepada Kayame, tetapi Kayame selalu mengabaikan mereka. Kali ini mereka tampak sangat serius dan bahkan terlihat sangat ketakutan. Kayame menjadi heran sekaligus penasaran.

“ Sttt.. Kayame.. kemari sebentar!” panggil mereka saat Kayame hendak ke rumah Paman Pigai. Mereka memaksa dengan menarik tangan Kayame. Tangan mereka dingin dan wajah mereka pucat.

“ Kayame, ayo ikut kami. Kami akan tunjukkan sesuatu padamu. Berhati-hatilah dan jangan bersuara. Jangan sampai Paman Pigai tahu”, bisik Dimara.

Sementara itu Yoteni gelisah. Wajahnya menoleh kesana kemari. Kayame terpaksa menurut. Kedua anak itu menariknya ke belakang rumah Paman Pigai. Mereka berjalan mengendap-endap dan mengisyaratkan Kayame untuk mengikuti mereka.

Di belakang rumah Paman Pigai terdapat sebuah kolam yang indah. Paman Pigai mempersilakan anak-anak berenang. Anak-anak dengan senang hati meceburkan diri ke dalam kolam. Mereka bermain dengan gembira. Kayame ingin sekali ikut berenang, tetapi Dimara memegangi tangannya.

“ Tunggu dan lihatlah,” Bisik Yoteni.

Tak lama anak-anak itu pun keluar dari kolam yang mulai terasa sangat dingin. Tiba-tiba hal yang sangat mengejutkan terjadi. Anak-anak itu berubah menjadi patung! 

Paman Pigai tersenyum lalu mengangkat patung-patung itu satu demi satu ke dalam ruangan di dekat kolam. Kayame, Dimara dan Yoteni sangat ketakutan. Jantung mereka berdebar-debar kencang. Mereka beringsut mundur hendak melarikan diri.

Nahasnya, kaki Dimara terpeleset oleh sebuah batu dan membuatnya hilang keseimbangan. Tangannya yang masih memegang Kayame membuat mereka jatuh terguling bersama. Yoteni yang terkejut tanpa sengaja berteriak.

Keributan mereka mengagetkan Paman Pigai. Tiba-tiba saja dia sudah berada di hadapan mereka dan membentak: " APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI?!!"

Tanpa menunggu jawaban Paman Pigai mengayunkan tongkat sihir ke arah mereka.

TRANG!!

Tongkat sihir Paman Pigai membentur sebuah benda keras dan hampir terpental. Paman Pigai terkejut. Begitu juga dengan Kayame dan kawan-kawan. Di hadapan mereka berdiri seseorang berseragam Prajurit Khusus. Tinggi, tampan dan gagah. Ia sedang menangkis tongkat sihir Paman Pigai dengan sebuah anak panah. Kayame pun terbelalak karena ternyata orang itu adalah ayahnya. Hah! Ayah ada di sini? Dan Ayah adalah prajurit khusus? Kayame bertanya-tanya dalam hati.

Ayah Kayame dibantu dengan beberapa orang temannya bertarung mengepung Paman Pigai yang ternyata amat lihai. Ia berkelit kesana kemari sampai akhirnya kewalahan dan hampir tertangkap. Paman Pigai bersuit dan tiba-tiba saja sebuah sapu terbang ke arah Paman Pigai. Memukul beberapa prajurit hingga terpental. Paman Pigai secepat kilat naik ke atas sapu dan melesat terbang. 

Semua terkejut, tetapi Ayah Kayame dengan sigap menarik busur panahnya. Wusss..! Jleb.  Anak panah melesat mengenai pantat Paman Pigai dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Paman Pigai dan sapunya berputar-putar dan berjumpalitan di udara beberapa saat, kemudian terjauh ke tanah. Sapu terbangnya patah jadi dua. 

Paman Pigai mengacungkan tongkat sihirnya ke arah para prajurit yang akan menangkapnya. Para prajurit terhenti. Tiba-tiba saja Paman Pigai mengayunkan tongkatnya ke arah Kayame. Semua terkesiap, termasuk Kayame dan teman-temannya. Namun, sinar dari tongkat Paman Pigai menghilang sesaat akan mengenai tubuh Kayame. Tidak terjadi apa-apa pada Kayame. Sekarang giliran Paman Pigai yang terkejut. Diayunkannya lagi tongkatnya, tetapi tidak terjadi apa pun. 

Sebelum semua menyadari, Paman Pigai segera mengambil langkah seribu. Kali ini sebuah batu meluncur dari ketapel Kayame. Tepat mengenai kepala Paman Pigai. Paman Pigai yang terkejut seketika menoleh ke belakang sambil mengaduh. Karena tidak memperhatikan langkahnya, Kepala dan badan Paman Pigai terbentur sebuah patung di depannya. Ia pun kembali jatuh terjengkang. Paman Pigai segera bangun, apalagi para prajurit sudah berlari ke arahnya. 

Tiba-tiba, "AAWWW!!" Paman Pigai berteriak mengaduh sambil memegangi telinga. Sebuah tangan menjewer telinganya. Rupanya Sang Ratu yang muncul entah dari mana. Sang Ratu kemudian mengayunkan tongkat kerajaannya. Ia mengikat kedua tangan Paman Pigai dengan cahaya. Menyihir tongkatnya menjadi burung daan membiarkannya terbang. Paman Pigai yang tidak berdaya lagi diserahkan kepada Para Hulubalang untuk dihukum. 

Sang Ratu dengan senyumnya yang menawan berjalan ke kolam. Memutar tongkatnya dan mencelupkan ujungnya ke air kolam yang mengubah teman-teman Kayame mejadi batu. Air kolam menggelegak seperti mendidih. Keluarlah asap hitam yang membubung ke angkasa lalu lenyap. Bersamaan dengan itu patung-patung batu berubah kembali menjadi manusia. Anak-anak, orang dewasa, hewan, bahkan tumbuhan kembali seperti semula. Semuanya bersorak dan berterima kasih pada ratu.

Ratu tersenyum dan berkata:" Berterimakasihlah juga pada Pak Rue dan pasukannya, serta Kayame dan kawan-kawan." 

" Aku menunggumu tampil menari dan menyanyi di istana, Kayame. Maukah kau kembali ka Sanggar Istana?" tanya Sang Ratu sambil mengusap kepala Kayame.

Kayame tersipu malu. Tetapi Pak Rue, ayah Kayame menjawab :" Aku dan Ibunya akan mengajarinya, Ratu. Kami akan sering belajar bersama mulai sekarang."

Mata Kayame bersinar dan menatap ayahnya seolah tak percaya. Ayah Kayame memeluk dan menggendong putrinya itu. Sang Ratu pun mengangguk.

" Baiklah Pak Rue, Istana Kerajaan Bintang Perak selalu terbuka untukmu dan keluargamu. Datanglah kapan saja kau mau. Setiap kali ada pertunjukan istana, kuharap kau mau tampil, Kayame Sayang.." Sabda Sang Ratu membuat hidung Kayame mengembang bangga.

Mereka semua pun pulang ke rumah masing-masing. Dan Sang Ratu kembali ke Istana. Sejak saat itu, Ayah Kayame dan ibunya menikmati hari-hari dengan belajar bersama. Bercerita tentang pengalaman Ayah saat memburu penjahat, membaca buku bersama. Belajar menari, menyanyi dan banyak sekali keterampilan lainnya. Ayah Kayame belajar mengatur pekerjaannya supa memiliki banyak waktu bersama Kayame. Begitu pula ibu, selalu ada saja idenya membuat keluarga melakukan kegiatan menyenangkan bersama. 

Kayame pun jadi tahu bahwa meski ayahnya pergi bekerja, ayahnya peduli dan sangat sayang padanya. Kalung yang diberikan pada Kayame waktu itu adalah buatan nenek Kayame yang ternyata adalah penyihir juga. Kalung itu memiliki kekuatan ajaib yang melindungi Kayame dari sihir jahat. Mungkin suatu saat Kayame juga akan belajar sihir. Siapa yang tahu?

Kayame jadi anak yang ceria kembali. Terkadang ia mendongeng untuk teman-temannya. Ia kerap tampil di Istana membuat Sang Raja dan Ratu senang. Ia sangat percaya diri dan semakin berprestasi. Kayame juga masih suka bermain dengan binatang-binatang. Ia menari dan menyanyi di tepi sungai, tetapi kini Dimara dan Yoteni ikut bermain bersamanya. Mereka menjadi sahabat yang baik. Binatang-binatang menontonnya seolah mengerti.

Ketika dia menari tubuhnya yang ramping meliuk-liuk indah dan selaras. Kulit hitamnya berkilau tertimpa sinar matahari. Terkadang tariannya lembut mengikuti ayunan pepohonan yang tertiup angin. Terkadang menghentak-hentak penuh semangat seperti anak rusa yang sangat lincah. Suara nyayiannya pun begitu jernih dan merdu.

Itulah kisah Misteri Patung Menangis. Orang-orang Kerajaan Bintang Perak tak akan pernah lupa kejadian itu. Begitu pula kisah Kayame si "anak aneh" yang ternyata sangat berbakat. Orang-orang mengambil pelajaran dari kisah mereka. Seluruh warga Kerajaan Bintang Perak semakin peduli dan saling mengasihi.

Tamat. 

 

Nikmati juga dongeng-dongeng karya teman blogger lainnya di bawah ini ya. Semoga harimu menyenangkan : 


1. DEA FELINA
= https://dee-arnetta.blogspot.com/2020/12/petualangan-di-hutan-ajaib.html?m=1


= https://dee-arnetta.blogspot.com/2020/12/petualangan-di-hutan-ajaib-end.html?m=1

02. ANASTASIA
= https://anastasialovich.blogspot.com/2020/12/misteri-patung-menangis-di-kerajaan.html?m=1


03. DELIA
= https://deliaswitlof.blogspot.com/2020/12/putri-mirela.html?m=1


04. ARDHIANA
= https://ceritaceriadinara.blogspot.com/2020/11/bil-dan-bul-hidup-itu-anugerah.html?m=1

05. Idah Ernawati
= https://terpakukilaukata.blogspot.com/2020/12/omong-omong-di-belakang.html?m=1

06. Ira barus
=
https://menjile.blogspot.com/2020/12/meji-si-jago-tak-berekor.html

07. Mariana
https://cemplungable.blogspot.com/2020/12/si-cantik-yang-sombong-dan-serakah.html

Post a Comment

17 Comments

  1. Terima kasih ceritanya..☺️👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah membaca. Kebahagian penulis adalah ketika tulisannya dibaca. :)

      Delete
  2. Link-nya salah (yang punyaku tertimpa dengan link yang lain). Nanti tlg di-edit aja ya. Btw, seru ceritanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh iya Mbak, noted. Thank you sudah berkunjung Mbak Dea

      Delete
    2. Baru sadar, banyak banget typo yang sangat mengganggu karena kemarin terburu-buru. Sekarang semua sudah diperbaiki. :)

      Delete
  3. Ceritanya menarik. Mengunjungi blog teman-teman satu -persatu, menambah banyak perbendaharaan kata.😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Mbak, makanya penulis harus banyak membaca supaya perbendaharaan katanya menjadi kaya. Thank ya Mbak Mariana.

      Delete
  4. Keren ini mbak ceritanya. Asyik aja dibacanya. Tengkyu untuk dongeng Sabtu paginya. Suka dengan nama Kayame dan Rue. Rue berasa "Hunger games" gitu. Keren !!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you, Mbak Idah. Nama-namanya diambil dari nama-nama orang Papua. Unik ya?

      Delete
  5. Replies
    1. Thank you, Mbak Fahmi. How lovely you are. Nanti aku juga akan blogwalking ke blogmu ah..

      Delete
  6. Pas baca nama Kayame jadi ingat seseorang pemain bola, ini dongeng misteri yang bagus !

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku jadi browsing, siapakah pemain bola yang dimaksud.. hehe. No wonder, aku memang cari referensi nama Papua untuk cerita ini. Tapi Kayame yang aku ambil namanya ini Cory kayame, pilot perempuan pertama Papua. :) terima kasih Mbak Delia.

      Delete
  7. Dongeng dibuat kisah misteri bagus juga mbak. Keren idenya.

    ReplyDelete